Selasa, 05 Maret 2013

MENEMUKAN CINTA

Seorang lelaki mendatangi konsultan keluarga. Ia hendak berkonsultasi mengenai kondisi rumah tangganya yang sudah hampir karam. Setelah bertemu sang konsultan ia mencurahkan semua masalah dan keluh kesahnya. Tentang cinta yang sudah hampir punah antara dirinya dan istrinya. Tentang komunikasi yang soalah kering kerontang. tak ada lagi rindu dan cinta...Setelah ia selesai berbicara sang konsultan tersenyum sambil berkata,
"Sobat, cintailah istrimu."
"Justru itu pak, seperti yang saya ceritakan tadi, sudah tidak ada cinta di antara kami."
Sambil tersenyum sang konsultan mengatakan saran yang sama, "Cintailah istrimu."
Lelaki itu nampak jengkel dengan nada gusar ia mengatakan, "Saya sudah katakan kepada Anda bahwa sudah tidak ada cinta di antara kami. Dan saya datang untuk mencari solusi terbaik dari Anda."
"Ya, cintailah istrimu."
"Huff...tolong jelaskan maksud Anda pak. Saya tidak mengerti."
"Apakah sebelum ini kamu mencintai istrimu?"
"Ya, tentu, bahkan saya selalu merindukannya."
"Lalu apa yang Anda lakukan untuk merawat cintamu?"
"Saya bawakan dia hadiah, saya sempatkan untuk makan bersama. Kadang-kadang saya ajak dia bersantai ke tepi pantai."
"Sekarang perlakukan istrimu seperti dulu kamu memperlakukannya. Kau akan mendapatkan cintamu kembali."

Si Lelaki pulang dengan wajah riang. Sebulan kemudian, ia kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada sang konsultan.

*dari buku==> Untukmu Sepasang Kekasih, hal. 20.

Minggu, 03 Maret 2013

MARI BER-ISTIGHFAR...

“Tak ada gading yang tak retak” demikian kata pepatah. Tak ada manusia sempurna, jadi kekurangan sudah pasti ada pada setiap manusia. 
Semua yang masih menyadari kemanusiaannya pasti mengakaui hal ini. Namun, sedikit orang yang kemudian mau dengan rendah hati mengakui kesalahan dan kekurangnnya, tidak saja kepada sesama manusia, tapi lebih dari itu mengkaui kekurangan di hadapan Dzat yang Maha Sempurna, Allah Azza wa Jalla. Kita mengerti jika  kita telah berbuat dosa, tapi lisan ini tak juga tergerak untuk mengucap taubat kepadaNya. Karena kesalahan adalah bentuk kekurangan kita sebagai manusia, maka Rasulullah n menasihatkan agar kita menutupi kekurangan itu dengan banyak-banyak beristighfar kepada Allah, bartaubat atas segala kesalahan baik yang kita sengaja mauon tidak, baik yang berkaitan dengan hak Allah yang Maha Sempurna ataupun hak sesama manusia.
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam pasti penah berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Anas Al-Hakim mengatakan hadits ini isnadnya shahih) 
Berangkat dari kesadaran ini, adalah sangat mungkin kegagalan kita dalam sebuah usaha hari ini adalah akbibat dari kesalahan kita beberapa waktu lalu, kesalahan yang mungkin kita sendiri sudah melupakannya. Lalu Allah hendak mengingatkan kita dengan menggagalkan usaha kita. Bisa jadi kesalahan itu memang tidak berkait langsung dengan musibah yang kita alami. Akan tetapi demikianlah sunnah yang Allah berlakukan kepada makhukNya.
Lain daripada itu bahwa taubat dan istigfar bisa menjadi sarana Allah membebaskan kita dari kesusahan, musibah diringankan, dada dilapangkan, keinginan dikabulkan, sebagaimana Allah mengisahkan tentang seruan Nabi Nuh kepada kaumnya agar bertaubat dan beristigfar kepada Allah, sehingga Allah menurunkan hujan dan memberikan mereka keturunan yang banyak.
“Maka Aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya dia adalah Maha Pengampun. Niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)Ya... Kembali kepada Allah, meminta taufik dan bimbinganNya adalah faktor terbesar yang akan melapangkan dada, membesarkan hati, dan menjaga stamina iman. Dengan demikian kita akan bisa melihat hikmah di balik musibah yang menimpa kita bahwa dengannya Allah hendak mengingatkan kita agar kita selalu bersandar kepadaNya, agar kita kembali, tunduk dan pasrah dan berdoa hanya kepadaNya. Agar kita merasakan ke-Mahabesaran Allah dan membersihkan jiwa kita dari kesombongan. Dan akhirnya Allah memebri jalan keluar dari setiap permasalahan.
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa yang memperbanyak istighfar,  maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan, diberi kelonggaran dari setiap kesempitan, dan akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

(HR. Abu Dawud no. 1297)
Dan untuk itu Allah memberi sarana yang sangat mudah. Ya, lisan adalah anggota badan yang paling mudah untuk digerakkan. Sehingga dengan idzin Allah tidak ada kesulitan untuk memperbanyak istighfar.

Penghulunya Istighfar
Syaddad bin Aus a meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Penghulunya istighfar adalah engkau membaca,
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ
“Yaa Allah, engkau adalah Rabb-ku. Tidak ada Ilah yang benar selain Engkau dan aku adalah hambaMu. Aku berada di atas janjiMu dan …semampuku. Aku mengakui nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan aku juga megakui dosa-dosaku kepadaMu, maka ampunilah aku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selainMu. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan apa yang aku perbuat.”
Barangsiapa yang membancanya di sore hari lalu ia meninggal dunia maka ia termasuk penghuni Janna dan barangsiapa membaca di pagi hari kemudian yang meninggal dunia maka ia termasuk penghuni Jannah.” (HR. Al-Bukhari no. 5831)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan