Senin, 10 Desember 2012

BANTENG yang SOLIDER VS KELINCI yang INDIVIDUALIS

Mencoba main-main dan menyaksikan dua sort video. O ya, video yang saya maksud saya lihat lihat di naqatube.com; website yang khusus menyajikan video yang sudah di saring (dari youtube juga sich kayaknya). Sepertinya namanya, naqa artinya bersih. Situs ini bisa menjadi alternative bagi Anda yang tidak ingin terganggu dengan sajian youtube yang tidak atau belum tersaring.  

Video pertama, di padang savana, beberapa ekor kelinci sedang asyik bercengkerama, memakan rerumputan hijau nan segar. Tiba-tiba ada seekor musang datang dan langsung menyasar seekor kelinci. Hanya seekor. Si musang terus mengejar dan mengejar. Kelinci berlari, maneuver, berputar dan menghindar. Musang tidak peduli dengan kelinci lain yang ada di sekitarnya. Ia hanya mengerjar satu. Dari sini mungkin kita bisa belajar tentang focus. Musang bisa saja menerkam kelinci-kelinci yang lain, yang ia lewati sepanjang jalan pelarian kelinci yang disasarnya. Tapi itu tidak dilakukannya. Sebab dia hanya ingin mendapatkan satu kelinci. Dan dalam hitungan, jika dia mencoba mengalihkan perhatian pada kelinci yang lain, maka akan sangat mungkin dia juga tertarik pada kelinci-kelinci yang lainnya lagi. Demikian seterusnya, hingga tenaganya terkuras sementara ia tidak berhasil mendapatkan satu kelinci pun. Perjuangannya pun menjadi sia-sia. Hasilnya, focus menghantarkannya pada keberhasilan. Kelinci yang dikejarnya kelelahan dan akhirnya ia berhasil memangsanya.


Video kedua, beberapa ekor banteng berjalan beriringan menyusuri pinggir danau kecil di pinggiran hutan savana. Mungkin hutan savana di Afrika sana, pikirku.  Paling depan, dua ekor banteng berjalan beserta anaknya, hingga mereka terpisah dari rombongan banteng di belakangnya. Tanpa mereka sadari, di depan sana. Di tempat mereka akan melintas, lima ekor singa sudah siap menghadang. Menghentikan perjalanan mereka. Memutus harapan mereka untuk meneruskan perjalanan itu. Melihat mangsa makin dekat, lima sianga bersiap. Bateng akhirnya mengetahui ada bahaya mengancam, tapi terlambat. Lima singa menyerang berbarengan. Serangan sporadis itu memaksa banteng berbalik arah dan lari sekuat tenaga. Malang bagi anak banteng, kecepatannya belum begitu sempurna. Kaki belakangnya berhasil diterkam seekor singa sehingga membuatnya terpelanting dan jatuh tepat ke pinggir danau. Lima singa mencengkeramnya, leher, pangkal kaki dan kepalanya menjadi sasaran utama. Lima singa berusaha melumpuhkan anak banteng. Lima singa sudah hampir berhasil menyeret anak banteng yang  sudah lemas, tiba-tiba seekor buaya muncul dari dalam air dan menarik kaki belakang anak banteng. Tarik-menarik terjadi. Singa berusaha menyeret naik, buaya berusaha merebut dan menyeret mangsa ke dalam air. Untuk sementara sianga menjadi pemenang.


Rupanya pertempuran belum benar-benar usai. Tidak lama berselang, tiba-tiba puluhan bahkan ratusan banteng dewasa datang dan langsung merengsek ke arah singa yang sedang menghabisi anak banteng. Dekat dan makin dekat. Singa-singa itu nampak pecah konsentrasi. Ingin agar buruan tidak lempas, tapi mengabaikan serangan banteng-banteng itu berakibat binasa. Satu singa berusaha melawan, banteng menyeruduk dan membantingnya hingga singa terpental. Melihat singa sudah terpisah dari temannya, sekelompok banteng berbagi sasaran, menjauhkan singa yang sudah terpisah dari kelompoknya. Hal yang sama terjadi pada singa kedua. Tapi hebatnya kali ini banteng mengarahkannya ke arah yang berlawanan dengan singa pertama. Singa kedua dikepung dan digiring hingga lari mejauh.


Tinggal tiga singa, kini kekuatan semakin tidak sebanding. Ow…rupanya anak banteng belum mati. Ia bangkit dan menyelinap di antara banteng-banteng dewasa. Tiga singa berhapan dengan puluhan banteng. Hingga akhirnya ketiganya pun harus rela dikejar dan dikalahkan oleh banteng-banteng itu.


Ada pemandangan yang sangat kontras antara sekelopok kelinci dengan seekor musang. Kelinci-kelinci itu hanya melihat saja ketika menyaksikan temannya diuber musang, pontang panting ia berlari, berputar, menghindari terkaman. Tapi toh mereka hanya bisa melihat. Bahkan ketika kelinci benar-benar kehabisan tenaga dan berhasil diterkam musang, seekor kelinci mendekat. Tapi hanya mendekat, dan melihat temannya dihabisi oleh musang itu. Tidak ada solodaritas. Tidak ada perlawanan kolektif, tidak ada shahwah jama’iyah.  


Sebaliknya dengan banteng. Induk dan jantan yang nampak meninggalkan saja anaknya yang melenguh dan meronta diterkam singa. Ternyata mereka meninggalkan untuk menyelamatkan anaknya. Faktanya, entah bagaimana komunikasi itu berlangsung, pesan bahwa ada saudara mereka yang sedang dalam bahaya benar-benar dipahami oleh banteng-banteng yang lain yang berada jauh di belakang. Sehingga mereka pun secara serempak, bergegas menuju tempat dimana anak banteng itu sedang meregang nyawa. Benar-benar solodaritas, dan perlawanan kolektif.


Dan lagi, yang dimintai bantuan oleh sepasang banteng itu bukan hewan lain. tapi sama-sama banteng. Mereka tidak salah memilik kawan. Memilih teman seperjuangan. Bukankah mereka tidak memilih meminta bantuan kepada singa, harimau, hyena, atau serigala? Mereka ternyata sadar bahwa mereka adalah musuh. Maka tidak layak dimintai bantuan. 


Fenomena diatas tentu bukan sekadar sebuah kebetulan, karena semua terjadi atas kedak-Nya. Dan yang pasti bahwa pada setiap ciptaan-Nya ada pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Pada kelinci ada pelajaran tentang ketidakpedualian dan ketidakberdayaan. Pelajaran tentang indivudualisme dan sikap apatis. Pada musang ada pelajaran tentang fokus. Pada banteng ada pelajaran tentang solidaritas, perlawanan kolektif, dan kekuatan jama’ah, juga ketelitian mengenal dan memilah siapa musuh dan siapa lawan. Wallahua’lam. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan