Pasukan
Islam yang dipimpin Qataibah bin Muslim berhadapan dengan pasukan
At-Turk yang seolah tak berujung. Mereka serasa seperti beberapa ekor
semut berhadapan dengan sepasukan gajah. Disaat-saat genting seperti
ini. Qutaibah menyadari bahwa ia membutuhkan seorang kesatria yang
sebanding dengan seribu pasukan.
“Dimana Muhammad bin Wasi’? tanya sang panglima.
Tidak ada jawaban.
“Tolong panggilkan Muhammad bin Wasi’, Saya membutuhkan beliau.”
Beberapa orang kudian menelisik barisan pasukan yang berdiri kokoh. Selang beberapa lama mereka menemukan Abdullah bin Wasi’ tengah di sisi lain pasukan itu. Ia berdiri dengan bertumpu pada tombaknya, sementara teluntuk tangan kanannya menunjuk ke langit. Menyaksikan hal tersebut utusan Qutaibah memilih untuk memutar badan dan kembali menemui sang komandan.
"Mana Abdullah bin Wasi’? Tanya Qutaibah penasaran.
“Dia berada di sisi kanan pasukan ini.” Jawab salah seorang dari mereka.
“Apa yang sedang dia lakukan di sana?” Tanya Qutaibah lagi.
“Dia sedang berdoa.”
“Jari telunjuk Abdullah bin Wasi’ itu lebih aku sukai daripada seribu bilah pedang. Dan lebih aku pecayai daripada seratus orang pemuda yang terampil berperang. Sungguh, jika jari telunjuk Muhammad bin Wasi’ sudah diangkat untuk berdoa, maka doanya akan naik menembus pintu langit dan akan dikabulkan.”
***
Al-Alla’ Al-Hadhrami berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Khathab di Madinah.
Assalamualaikum…
Besama surat ini kami sampaikan bahwa kami membutuhkan bantuan pasukan. Jumlah yang kami butuhkan adalah 4000 pasukan.”
Wassalamu'alaikum.
Setelah
menerima surat tersebut, Khalifah Umar kemudian memanggil empat orang.
Ya, hanya empat orang. Mereka kemudian diberi surat pengantar untuk
disampaikan kepada Al-Alla’ Al-Hadhrami, isi suratnya adalah sebagai
beriukut: Besama surat ini kami sampaikan bahwa kami membutuhkan bantuan pasukan. Jumlah yang kami butuhkan adalah 4000 pasukan.”
Wassalamu'alaikum.
“Surat Anda yang berisi permintaan bantuan pasukan sejumlah 4000 orang telah saya terima dan saya baca. Maka besama surat ini saya kirimkan untukmu empat orang, masing-masing sebanding dengan seribu orang pasukan. Pempimnnya adalah Ubadah bin Shamit, orang yang suaranya di medan tempur lebih dahsyat daripada satu kompi pasukan, lalu bagaimana dengan pedangnya?”
Wassalamu'alaik warahmatullah*
*Dikutip dari: "Al-Manarat Asy-Syakhshiyah"
0 komentar:
Posting Komentar