Suatu ketika
al-Bukhari muda sedang mengikuti pelajaran gurunya, Ishaq bin Rahawaih.
Ditengah pelajaran itu sang guru berujar, "Seandainya ada di antara
kalian yang mengumpulkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah
Shalallahu'alaihiwasallam. Lalu menjadikannya dalam satu buku."
Di tempat dan waktu yang berbeda, adz-Dzahabi muda sedang asyik mencatat pelajaran dari gurunya, Imam ar-Razi. Sang guru mendekat dan menilik tulisan muridnya itu. Melihat tusan muridnya, ar-Razi berkomentar, "Catatanmu mirip sekali dengan tulisan para hali hadits."
Di zaman yang berbeda, Imam Ibnu Hajar sedang membaca salah satu buku karya Ibnu Khaldun, pakar sejarah dan Ilmu Sosial yang kesohor itu. Dalam buku itu Ibnu Hajar tercenung dengan sebuah ungkapan, ketika Ibnu Khaldun mengomentari Al-Jami' ash-Shahih karya al-Bukhari, "Syarh/penjelasan untuk Shahih Al-Bukhari ini menjadi hutang umat ini hingga hari ini." sejak saat itu Imam Ibnu Hajar bertekad mensyarh Shahih Bukhari sehingga jadilah kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari yang dikatakan syarh terbaik dari sekian banyak Syarh Shahih Bukhari yang lainnya.
Sumber Inspirasi
Tiga peristiwa yang nampak sepintas lalu itu barangkali tidak bagitu berkesan bagi kita. Namun ternyata perkataan guru mereka menjadi motivasi luar biasa.
Di tempat dan waktu yang berbeda, adz-Dzahabi muda sedang asyik mencatat pelajaran dari gurunya, Imam ar-Razi. Sang guru mendekat dan menilik tulisan muridnya itu. Melihat tusan muridnya, ar-Razi berkomentar, "Catatanmu mirip sekali dengan tulisan para hali hadits."
Di zaman yang berbeda, Imam Ibnu Hajar sedang membaca salah satu buku karya Ibnu Khaldun, pakar sejarah dan Ilmu Sosial yang kesohor itu. Dalam buku itu Ibnu Hajar tercenung dengan sebuah ungkapan, ketika Ibnu Khaldun mengomentari Al-Jami' ash-Shahih karya al-Bukhari, "Syarh/penjelasan untuk Shahih Al-Bukhari ini menjadi hutang umat ini hingga hari ini." sejak saat itu Imam Ibnu Hajar bertekad mensyarh Shahih Bukhari sehingga jadilah kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari yang dikatakan syarh terbaik dari sekian banyak Syarh Shahih Bukhari yang lainnya.
Sumber Inspirasi
Tiga peristiwa yang nampak sepintas lalu itu barangkali tidak bagitu berkesan bagi kita. Namun ternyata perkataan guru mereka menjadi motivasi luar biasa.
Diam-diam ungkapan sang guru itu melecut jiwa
Al-Bukhari. Siang malam Al-Bukhari menghimpun, meneliti, dan memilah
hadits, mengembara ke berbagai pelosok negeri, mendatangi ratusan ribu
periwayat hadits, sehingga dia berhasil mengumpulkan hadits-hadits
shahih, yang kemudian kita kenal dengan Al-Jami' Ash-Shahih atau lebih
akrab dengan sebutan Shahih Al-Bukhari, bahkan para ulama sepakat bahwa
Shahih Bukhari adalah kitab paling shahih setelah kitabullah,
Al-Quran.
Demikian halnya dengan adz-Dzahabi, pujian sederhana sang guru membangkitkan jiwa Adz-Dzahabi, sehingga ia membulatkan tekad mejadi pakar hadits, bukan sekedar mirip tulisan. Akhirnya beliau benar-benar menjadi pakar dalam bidang hadits. Persetujuan beliau akan keshahihan atau lemahnya sebuah hadits dijadikan sebagai acuan oleh orang-orang setelah beliau.
Demikianlah perkataan atau tulisan seseorang bisa bisa menjadi sumber motivasi dan inspirasi.
Jiwa yang bersih
Mengapa seringkali kita buntu untuk mendapat inspirasi? Mengapa terasa sulit untuk menuangkan ide?
Ketulusan hati, kejujuran dan ketaatan kepada Allah jualah yang menjadikan ide mereka begitu melimpah ruah, menjadi sumber ilmu pengetahuan, meninggalkan warisan berharga yang terus menjadi sumber ilmu dan inspirasi bagi manusia yang hidup sesudah mereka. Sebab, hati yang jernih dan tulus, akan membuahkan pikiran dan ide yang jernih, menembus ruang dan waktu, mengubah orang yang mendegar dan membacanya; menghibur yang sedih jadi bahagia, yang terlena jadi tersadar, yang alpa kembali dan selalu ingat kepadaNya. Sebaliknya, betapa banyak peristiwa, tak terhitung deretan kata yang kita baca, bahkan kita mengalami berbagai tahapan dalam hidup kita, namun jarang sekali yang berbuah menjadi sumber kekuatan untuk mengubah jiwa menjadi lebih baik.
Rabbi ampuni jiwa ini yang selalu lalai dari ayat-ayatMu
Abai akan titahMu…
Kurang syukur atas nikmatMu…
Berilah kami hati dan jiwa yang sadar jaga…
Demikian halnya dengan adz-Dzahabi, pujian sederhana sang guru membangkitkan jiwa Adz-Dzahabi, sehingga ia membulatkan tekad mejadi pakar hadits, bukan sekedar mirip tulisan. Akhirnya beliau benar-benar menjadi pakar dalam bidang hadits. Persetujuan beliau akan keshahihan atau lemahnya sebuah hadits dijadikan sebagai acuan oleh orang-orang setelah beliau.
Demikianlah perkataan atau tulisan seseorang bisa bisa menjadi sumber motivasi dan inspirasi.
Jiwa yang bersih
Mengapa seringkali kita buntu untuk mendapat inspirasi? Mengapa terasa sulit untuk menuangkan ide?
Ketulusan hati, kejujuran dan ketaatan kepada Allah jualah yang menjadikan ide mereka begitu melimpah ruah, menjadi sumber ilmu pengetahuan, meninggalkan warisan berharga yang terus menjadi sumber ilmu dan inspirasi bagi manusia yang hidup sesudah mereka. Sebab, hati yang jernih dan tulus, akan membuahkan pikiran dan ide yang jernih, menembus ruang dan waktu, mengubah orang yang mendegar dan membacanya; menghibur yang sedih jadi bahagia, yang terlena jadi tersadar, yang alpa kembali dan selalu ingat kepadaNya. Sebaliknya, betapa banyak peristiwa, tak terhitung deretan kata yang kita baca, bahkan kita mengalami berbagai tahapan dalam hidup kita, namun jarang sekali yang berbuah menjadi sumber kekuatan untuk mengubah jiwa menjadi lebih baik.
Rabbi ampuni jiwa ini yang selalu lalai dari ayat-ayatMu
Abai akan titahMu…
Kurang syukur atas nikmatMu…
Berilah kami hati dan jiwa yang sadar jaga…
0 komentar:
Posting Komentar